Ancaman Keamanan Nasional yang Mengintai

Pakistan, 4 Juli -- Pakistan termasuk salah satu negara paling rentan di dunia terhadap dampak buruk perubahan iklim. Meskipun hanya berkontribusi kurang dari 1 persen terhadap emisi gas rumah kaca global, Pakistan menghadapi konsekuensi yang tidak proporsional akibat pemanasan global. Negara ini sedang berjuang melawan penurunan lingkungan hidup yang semakin parah, melelehnya gletser, pola cuaca yang tidak menentu dan ekstrem, gelombang panas yang sangat tinggi, serta banjir yang kerap terjadi secara berkala, yang secara bersama-sama mengancam perekonomian, pertanian, kesehatan, sumber daya air, dan infrastruktur negara tersebut.

Dalam dua dekade terakhir, Pakistan mengalami kerugian ekonomi yang diperkirakan mencapai hampir 100 miliar dolar AS akibat bencana dan perubahan iklim, jumlah yang sangat mendekati total utang luar negerinya sekitar 130 miliar dolar AS. Angka ini mencerminkan biaya kumulatif dari kehancuran yang meluas: banjir dahsyat pada tahun 2010, 2012, 2014, 2020, dan terutama tahun 2022 memaksa jutaan orang mengungsi, merenggut ribuan nyawa, serta menghancurkan infrastruktur penting, termasuk jalan raya, jembatan, rumah tinggal, dan lahan pertanian. Hanya dalam tahun 2022 saja, lebih dari 33 juta penduduk Pakistan terdampak, dengan kerugian ditaksir sekitar 30 miliar dolar AS.

Salah satu indikator yang paling mengkhawatirkan adalah meningkatnya suhu udara, terutama di provinsi Sindh dan Punjab selatan, di mana termometer mencatat suhu tertinggi mendekati 50 derajat Celsius. Gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya ini menyebabkan lonjakan permintaan pendinginan, membebani jaringan listrik nasional, dan menyebabkan seringnya kekurangan pasokan listrik. Stres akibat panas memperburuk tantangan kesehatan masyarakat, berkontribusi pada penyakit akibat panas, dehidrasi, serta peningkatan angka kematian, terutama di kalangan kelompok rentan. Selain itu, dampak buruk terhadap kesehatan mental yang terkait dengan tekanan iklim juga menjadi perhatian baru.

Pola hujan di negara ini telah menjadi tidak menentu dan sulit diprediksi. Beberapa tahun membawa banjir yang bersifat bencana, sementara tahun-tahun lain mengalami kekeringan parah. Ketidakpastian ini berdampak menghancurkan pada produktivitas pertanian yang merupakan tulang punggung perekonomian Pakistan serta mata pencaharian bagi sebagian besar penduduknya. Gagal panen dan turunnya hasil pertanian menyebabkan ketidakamanan pangan, ekspor pertanian yang menyusut, serta penurunan pendapatan bagi jutaan petani. Rantai pasok pangan nasional terancam, dengan kemungkinan konsekuensi berupa inflasi dan meningkatnya ketergantungan pada impor.

Gletser di kawasan Himalaya, yang menjadi sumber utama sungai-sungai besar di Pakistan, sedang mencair dengan kecepatan yang semakin meningkat. Pada awalnya, hal ini menghasilkan peningkatan aliran sungai, tetapi ini hanya bersifat sementara. Seiring waktu berjalan, penyusutan gletser ini mengancam ketersediaan air tawar, memberikan tekanan tambahan pada pasokan air untuk pertanian, konsumsi rumah tangga, dan industri. Selain itu, pencairan yang cepat meningkatkan risiko banjir akibat pecahnya danau glasial (GLOFs) dan longsor, yang membahayakan keselamatan masyarakat di daerah hilir.

Saat ini, perubahan iklim memengaruhi sekitar delapan persen Produk Domestik Bruto (PDB) Pakistan. Tanpa intervensi yang tegas dan segera, dampak ini bisa meningkat hingga 30% pada tahun 2050. Skenario seperti ini akan menghancurkan sektor-sektor kritis seperti produksi pangan, energi, sumber daya air, layanan kesehatan, pendidikan, dan lapangan kerja. Dampak sosialnya bisa sangat besar: meningkatnya tingkat kemiskinan, migrasi besar-besaran dari daerah pedesaan ke perkotaan, serta destabilisasi komunitas dan institusi.

Tahun 2025 sudah mulai diperingatkan akan potensi banjir ekstrem yang dapat menyebabkan kerusakan luas, memaksa jutaan orang mengungsi, serta memicu wabah penyakit yang ditularkan melalui air. Prospek pertanian juga sama suramnya, dengan prediksi menurunnya secara signifikan produksi tanaman pokok seperti gandum, kapas, dan beras. Hal ini tidak hanya akan menggoyahkan ketahanan pangan tetapi juga mendorong kenaikan inflasi, yang berdampak pada seluruh populasi, terutama kalangan miskin.

Masalah serius lainnya adalah hilangnya jumlah air yang sangat besar ke Laut Arab setiap tahun akibat infrastruktur penyimpanan dan pengelolaan air yang tidak memadai di Pakistan. Perkiraan menunjukkan bahwa negara ini kehilangan antara 35 hingga 40 juta acre-feet air setiap tahun tanpa memanfaatkannya secara efektif. Jika saja sebagian kecil—misalnya 10 juta acre-feet—dari air ini dapat ditampung dan dimanfaatkan untuk tenaga hidro, Pakistan bisa menghasilkan listrik bersih dan terbarukan sebesar 15.000 hingga 20.000 megawatt per tahun. Hal ini akan secara signifikan meredakan kekurangan energi yang terus-menerus dialami negara tersebut serta mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil yang mahal dan membebani perekonomian serta memperdalam defisit neraca transaksi berjalan.

Perubahan iklim bukan sekadar isu lingkungan bagi Pakistan; ini merupakan ancaman eksistensial terhadap keamanan nasional, stabilitas ekonomi, dan kohesi sosial. Waktu untuk bertindak semakin sempit. Pakistan harus mengadopsi kebijakan iklim yang komprehensif yang mengutamakan pengelolaan air dan energi secara berkelanjutan, berinvestasi pada infrastruktur yang tangguh, mendukung petani dalam beradaptasi dengan kondisi yang berubah, serta memobilisasi sumber daya untuk kesiapan bencana. Kerja sama internasional dan dukungan finansial juga sangat penting, mengingat kapasitas Pakistan yang terbatas untuk menanggung tantangan-tantangan ini sendirian.

Gagal merespons secara efektif akan menghukum Pakistan pada masa depan di mana kesulitan ekonomi, ketidakstabilan sosial, dan bencana lingkungan menjadi norma daripada pengecualian. Negara ini harus menempatkan aksi iklim sebagai pusat agenda nasionalnya untuk melindungi masa depan serta kesejahteraan rakyatnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *