Pakistan, 9 Oktober -- Dalam sebuah peristiwa yang sangat mengkhawatirkan dan dramatis, pasukan Israel baru-baru ini menangkap dan menyita Global Sumud Flotilla, misi kemanusiaan internasional yang berusaha memecah blokade Gaza untuk mendistribusikan bantuan. Operasi tersebut terjadi di perairan internasional, memicu kekejangan di seluruh dunia dan mendapat kecaman luas. Di antara mereka yang ditangkap adalah seorang tokoh Pakistan terkenal, Mantan Senator Mushtaq Ahmad Khan, yang memimpin delegasi Pakistan di kapal bantuan tersebut. Serangan terhadap misi damai ini tidak hanya membahayakan jiwa, tetapi juga menyerang inti hukum internasional, martabat manusia, dan kesucian bantuan kemanusiaan.
Kapal-kapal Sumud Global berlayar dari Spanyol dengan lebih dari 40 kapal, membawa ratusan aktivis, anggota parlemen, tenaga medis, jurnalis, dan pasokan yang ditujukan ke Gaza. Misi mereka sederhana tetapi penting, yaitu untuk mematahkan blokade maritim yang diberlakukan Israel dan menyampaikan bantuan penyelamat bagi warga Palestina yang menderita dalam kondisi ekstrem.
Namun, Angkatan Laut Israel mengintercept hampir semua perahu ini di tengah laut. Menurut Reuters, lebih dari 450 aktivis ditahan dalam operasi penyelidikan tersebut. Pasukan Israel naik ke kapal-kapal itu dengan helm dan peralatan penglihatan malam, sementara penumpang—banyak yang merekam secara langsung—ditunjukkan menggunakan jaket pelampung, tangan mereka terangkat sebagai tanda menyerah. Di antara mereka yang ditangkap adalah kampanye iklim terkenal Greta Thunberg, dan sekarang, mantan senator Pakistan Mushtaq Ahmad Khan.
Pemerintah Israel membenarkan penyitaan tersebut dengan mengutip kekhawatiran keamanan dan menyatakan bahwa armada tersebut melanggar blokade laut yang sah. Mereka bersikeras bahwa pihak yang ditahan akan dideportasi sesuai prosedur Israel. Namun, para kritikus di seluruh dunia mengatakan ini hanyalah penculikan ilegal, tindakan agresi maritim yang berani yang merusak prinsip bantuan kemanusiaan.
Lanskap politik Pakistan diguncang ketika berita muncul bahwa Mantan Senator Mushtaq Ahmad Khan telah ditangkap selama penyergapan flotilla. Khan, seorang anggota Jamaat-e-Islami dan aktif dalam isu hak asasi manusia, memimpin delegasi Pakistan lima orang. Koalisi Aksi Palestina Pakistan dan sumber-sumber Pakistan lainnya mengonfirmasi penahanannya.
Ini bukan hanya soal solidaritas internasional, tetapi seorang warga negara Pakistan yang terjebak dalam konfrontasi geopolitik. Kementerian Luar Negeri Pakistan telah mengecam tindakan tersebut sebagai "pelanggaran nyata terhadap hukum internasional" dan meminta pelepasan segera Khan dan semua aktivis yang ditahan. Perdana Menteri Shehbaz Sharif mengeluarkan pernyataan tegas, menekankan dukungan Pakistan terhadap misi kemanusiaan dan meminta Israel untuk mengizinkan bantuan yang tidak terhalang ke Gaza.
Cara penyitaan ini menimbulkan pertanyaan hukum dan etika yang membingungkan. Armada tersebut beroperasi di perairan internasional, di luar zona territorial mana pun yang diakui oleh Israel. Berdasarkan hukum maritim internasional dan perjanjian seperti UNCLOS (Konvensi PBB tentang Hukum Laut), kapal yang melakukan misi kemanusiaan damai seharusnya tidak boleh ditangkap dan disita secara paksa. Namun Israel tetap melanjutkan tindakannya, dengan mengklaim bahwa blokade memberikan otoritas bagi mereka untuk bertindak.
Insiden ini terjadi ketika rakyat Gaza membutuhkan bantuan dengan darurat. Bukan hanya bantuan yang ditolak, tetapi orang-orang yang berada di kapal juga ditahan, yang jelas mencerminkan tindakan ilegal yang dilakukan pemerintah Israel. Blokade ini secara luas dikritik oleh badan internasional karena orang-orang akan mengingat serangan terang-terangan terhadap hukum kemanusiaan selama waktu yang sangat lama.
Secara global, responsnya cepat. Banyak negara dan organisasi internasional mengecam tindakan Israel. Pemrotes turun ke jalan-jalan di Eropa, Amerika Latin, dan Asia. Di Pakistan, partai politik dan kelompok masyarakat sipil memanggil untuk mobilisasi dan solidaritas. Langkah ini tidak hanya mengisolasi Israel secara diplomatik tetapi juga memberi tekanan moral.
Aktivis di atas kapal merekam penggerebekan secara langsung, memperkuat narasi perlawanan. Seorang anggota kru menyiarakan kemarahan mereka, menyebutnya sebagai penculikan yang kekerasan terhadap pembawa perdamaian yang tidak bersalah. Di sisi lain, beberapa penyelenggara flotilla berjanji untuk terus melanjutkan perjalanan meskipun ada kapal-kapal baru yang masih menuju Gaza meskipun adanya tindakan keras.
Pengintaian terhadap flotilla ini dan khususnya penangkapan seorang pemimpin Pakistan lebih dari sekadar judul berita. Ini adalah simbol perjuangan antara moralitas dan kekuatan yang mendefinisikan isu Palestina. Ketika negara-negara mengambil inisiatif untuk memblokade bantuan, menculik relawan, dan melanggar norma maritim, tatanan global menghadapi preseden yang berbahaya.
Tetapi keberanian orang-orang seperti Mushtaq Ahmad Khan dan aktivis internasional yang berada di kapal armada menunjukkan bahwa bahkan menghadapi kekuatan yang sangat besar, martabat manusia tetap bertahan. Pakistan, sebagai aktor moral dan sahabat Palestina, harus bersikeras pada pertanggungjawaban, menuntut pembebasan mereka, dan jangan biarkan rakyat Gaza menerima hukuman tambahan melalui diam atau ketidakpedulian.
